Saya mulai belajar tentang parenting jauh sebelum menikah dan punya anak. Tapi untuk mendalami secara detail hingga masalah tumbuh kembang anak, ya baru setelah menikah. Ada satu kejadian yang membuat saya lebih aware dengan hal ini.
Waktu itu ceritanya kami sedang main ke rumah kenalan. Saya dan suami tidak sendiri, tapi bersama rekan kami juga. Rumah yang kami kunjungi punya anak yang usianya 18 bulan. Tapi, dia belum bisa berjalan. Jangankan berjalan, merangkak pun belum. Bahkan, melata saja enggan.
Di usia yang hampir 2 tahun, anak itu masih berguling ke sana ke mari. Anak seumuran itu, kalau diperlihatkan mainan, biasanya akan tertarik dan berusaha meraih. Ini tidak. Waktu itu dia minta diambilkan gelas air mineral. Saya coba pancing dia agar datang mendekat ke arah saya. Tapi reaksinya tidak seperti yang saya harapkan.
"Kalau nggak mau ngasih, ya udah," gestur tubuhnya seolah mengatakan demikian.
Sepulang dari rumah itu, rekan saya yang lain nyeletuk tentang perkembangan si anak. Umur segitu kok belum bisa jalan, bahkan merangkak pun belum semangat.
"Kebanyakan digendong tuh," begitu katanya. Jujur, sewaktu di sana saya nggak kepikiran sama sekali kalau si anak ini mengalami keterlambatan dalam perkembangannya. Gara-gara obrolan itu, saya jadi kepo dan mencari tahu seperti apa perkembangan anak setiap bulannya.
Aware dan Abai itu Beda
Iyalah beda. Wkwkwk. Gimana sih, Lel?
Selang beberapa waktu, saya membaca story Mbak Lis tentang pengalamannya menghadapi anak yang speech delay. Dia cerita anaknya yang belum bisa berbicara setelah usia 2 tahun. Penyebabnya, karena Mbak Lis ini sering memberi anaknya gadget. Beliau sibuk sekali. Tools andalan untuk membuat anak anteng ya gadget.
Ternyata, membuat anak anteng ini justru menimbulkan masalah lain. Salah satunya, ya keterlambatan berbicara. Akhirnya, Mbak Lis membatasi gadget untuk anaknya. Stimulasi bicara beliau kejar lagi. Alhamdulillah, sekarang anaknya sudah ngeciwis.
Nah, saya jadi ingat dengan anak kenalan saya tadi. Kami akhirnya bertemu lagi setelah dia berusia hampir 2 tahun. Tapi, bahasa yang keluar dari mulutnya masih ah-oh-ah-oh saja. Padahal, kalau dari referensi yang saya baca, mestinya dia sudah bisa menyebutkan beberapa kata. Ini belum.
Saya coba DM Mbak Lis dan cerita tentang kondisi ini. Termasuk, keterlambatan perkembangan yang lain. Mbak Lis balik tanya ke saya.
"Apakah ibunya paham tentang tahap perkembangan anak?"
Nah, ini kuncinya. Ibunya bisa paham kalau mau belajar tentang hal ini. Dari belajar, akhirnya tahu harus berbuat apa. Tapi, kalau ini tidak ada, ya udah.
Baca juga:
Kepedulian kita pada anak ternyata tidak hanya ditunjukkan dengan mengasuh dia dengan baik. Mengisi kepala kita dengan ilmu-ilmu parenting ternyata juga salah satu bentuk kepedulian kita. Karena aware dan abai itu beda.
4 Ranah Perkembangan yang Harus Diperhatikan
Setelah punya anak sendiri, jujur saya nggak mau perkembangan anak saya terlambat. Bukan cuma saya, suami pun demikian. Kami begitu aware dengan tahap perkembangan anak kami.
Bulan ini dia bisa apa? Bulan berikutnya sudah bisa apa? Bayi rata-rata bagaimana? Kapan kami harus konsultasi ke dokter? Semuanya kami pantau.
PR stimulasi perkembangan juga terus kami kerjakan sama-sama. Alhamdulillah, sejauh ini perkembangan Ghazy masih sesuai dengan usianya. Ada 4 ranah yang terus menerus menjadi perhatian kami saat ini.
1. Motorik Kasar
Motorik kasar ini merupakan perkembangan fisik bayi yang berhubungan dengan otot-otot besar. Perkembangannya dimulai dari kepala, bahu dan lengan, punggung, pinggang, hingga akhirnya kaki. Perkembangan ini yang menentukan anak bisa menegakkan kepalanya, menggulingkan badan, merangkak, duduk, hingga berjalan dan berlari.
Masing-masing tahap perkembangan motorik kasar ini akan menjadi pra syarat perkembangan selanjutnya. Misal, untuk bisa berguling, bayi harus bisa mengangkat kepalanya dulu. Bahu dan lengannya juga harus cukup kuat untuk mendorong tubuhnya ke samping hingga bisa berguling.
2. Motorik Halus
Ada motorik kasar, ada juga motorik halus. Meski sama-sama perkembangan fisik pada anak, tapi keduanya punya segi pengamatan yang berbeda. Kalau motorik kasar melibatkan otot-otot besar, motorik halus hanya melibatkan otot-otot kecil saja. Contohnya, anak bisa menggenggam, mengambil benda, melempar bola, dan sebagainya.
3. Bahasa dan Bicara
Bahasa adalah kunci kecerdasan anak. Kalau anak ini tidak memahami bahasa, bagaimana akhirnya dia bisa mengetahui suatu hal?
Dalam perkembangan bahasa ini, tentu kita tidak bisa langsung berharap bayi ini bisa ngomong ya. Anak kita ini nggak dikasih mukjizat seperti Nabi Isa yang bisa menjelaskan kalau ibunya perempuan suci. Nggak, jangan berharap sampai situ. Tapi, dari ocehan-ocehannya, responnya ketika kita bicara atau memanggil namanya ini yang nantinya akan kita nilai.
4. Persona Sosial atau Kemandirian
Perkembangan satu ini yang jadi bekal bagaimana anak-anak menapaki kehidupannya di masa datang. Bagaimana dia bisa bersosialisasi dengan lingkungannya. Bagaimana dia bisa menyelesaikan persoalan yang dia hadapi.
Saya jadi ingat tulisan Mbak Talitha tentang bagaimana Rasulullah dulu ditempa sejak usia balita. Bagaimana Allah mengatur hidupnya dengan amat sangat apik hingga beliau terbiasa dengan berbagai kesulitan hidup. Setelah membaca itu, saya jadi paham, pantas saja Rasulullah bisa setangguh itu.
Tahap Perkembangan dan Stimulasi Bayi 0-3 Bulan
Perkembangan anak akan dipantau setiap 3 bulan sekali dengan menggunakan Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Di dalamnya, terdapat beberapa pertanyaan terkait perkembangan anak. Kita hanya perlu menjawab kuisioner tersebut, sesuai dengan kondisi anak kita. Setelah KPSP selesai dijawab, barulah ada kesimpulan. Apakah perkembangan anak kita terlambat atau tidak.
KPSP ini bisa kita dapat di dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang berwarna pink. Kalau tidak punya, kita juga bisa mendapatkannya dari aplikasi PrimaKu. Aplikasi digital ini telah didukung oleh IDAI. Jadi, kalau buibu khawatir sama perkembangan anak dan takut mau ke fasilitas kesehatan. Aplikasi ini bisa jadi solusi.
Perkembangan dan Stimulasi Baby Ghazy 0-1 Bulan
Nulis ini jadi flashback lagi ke memori waktu baru aja melahirkan. Bongkar-bongkar foto waktu Ghazy masih umur segini. Ya Allah, kok ya mimbik-mimbik jadinya.
Ghazy umur 1 hari |
Dulu, Ghazy kuecil sekali. Dia lahir cuma 2,6 kg aja. Terus beratnya turun di hari kedua, jadi 2,5 kg aja. Apapun yang dipakai Ghazy jadi kelihatan besar. Lengannya Ghazy juga nggak segemuk sekarang. Tiap masukin data Ghazy ke aplikasi, keterangannya selalu Gizi Buruk.
Di umur segitu, tidak banyak yang Ghazy lakukan selain bobo, nenen dan pup. Rasanya ketiga hal ini aja yang repeat setiap hari. Waktu bangunnya tidak banyak. Tapi karena tiap malam dia juga kebangun sebentar-sebentar buat nenen, ngantuk juga hamba. Jadi, kalau Ghazy bobo, umminya ibi ikut bobo juga.
Pekerjaan rumah? Mari kita abaikan saja. Hehehe.
Waktu itu saya sempat bingung. Kalau Ghazy cuma tidur dan nenen aja, bagaimana saya menstimulasi dirinya? Setelah saya belajar-belajar lagi, ternyaya menyusui pun bagian dari memberikan stimulasi untuk bayi.
Stimulasi yang kita berikan bisa berupa sentuhan langsung antar kulit dengan bayi. Nggak harus telanjang dada seperti ketika IMD juga sih. Cukup menyusui aja, proses skin-to-skin bisa terjalin.
Pelukan ibu dan orang-orang terdekatnya ini yang membangun aspek sosio-emosinya di kemudian hari. Sambil menyusui juga, saya coba ngobrol sama Ghazy. Cerita-cerita apa saja dan mendengarkan murotal sama-sama.
0-1 Bulan, Bisa Apa?
Ghazy umur 1 bulan |
Umur 2 hari, Ghazy sudah bisa memiringkn badannya ke arah kiri. Ini tanpa stimulasi apapun, anaknya sudah begini. Bisa-bisa sendiri.
Dari lahir juga, tatapan matanya ketika melihat orang lain sudah tajam. Seolah ngerti kalau lagi diajak ngobrol. Oya, ini kalau orangnya lagi gendong dia ya. Bisa tuh kontak mata sama Ghazy.
Di umur segini, sebetulnya kita sudah bisa menengkurapkan bayi. Tujuannya, agar si bayi berlatih mengangkat kepalanya. Tapi ini belum saya lakukan sama sekali. Saya dan suami belum berani menengkurapkan Ghazy. Jadi, kami juga tidak tahu apakah dia sudah bisa mengangkat kepala sedikit-sedikit atau belum.
Ghazy juga banyak memasukkan tangan ke mulut. Saya jarang sekali memakaian sarung tangan ke Ghazy. Saya lebih sering membiarkan Ghazy mengeksplorasi tangannya. Supaya dia tidak mencakar diri sendiri, saya rajin-rajin menggunting kukunya. Hampir setiap hari bahkan. Saya juga heran kenapa kuku bayi cepat sekali tumbuh.
Perkembangan dan Stimulasi Baby Ghazy 1-2 Bulan
Umur 1-2 bulan, waktu tidur Ghazy di siang hari semakin sedikit. Ada waktu dia terjaga agak lama di siang hari. Waktu-waktu ini, biasanya saya pakai untuk main sama Ghazy.
Kami tidak punya banyak mainan untuk Ghazy. Mainan-mainan yang ada biasanya hadiah dari belanja kebutuhan bayi atau kado dari teman. Oya, kami juga sewakan baby gym untuk Ghazy. Jadi, kalau dia bangun, dia ditaruh di sana untuk main-main di baby gym.
Ghazy belum bisa pegang mainan apapun yang tergantung di baby gym. Tapi dia bisa melihatnya dengan fokus. Selain lihat-lihat mainan yang tergantung di atasnya, kakinya juga dilatih untuk menendang piano-piano kecil di bawah.
Selain main-main dengan baby gym, saya juga sering mengajak Ghazy bercermin. Saya dekap Ghazy di dada saya, lalu saya ajak dia bercermin. Ghazy suka sekali dengan aktivitas ini. Dia heran dengan siapa orang yang ada di dalam cermin. Tapi seolah punya teman baru.
Baca juga: Ide Main Bareng Bayi 0-6 Bulan
Kalau Ghazy ketemu orang lain selain saya dan suami, dia tidak menangis. Biasa aja gitu. Malah asyik main dengan mereka.
Di usia ini juga, Ghazy lebih banyak saya gendong. Kalau rewel sih, alhamdulillah tidak. Tapi setelah nenen, sulit sekali meletakkan dia tanpa terbangun lagi. Dia seolah amat sangat nyaman dengan ketiak Ummi yang baunya subhanallah. Nggak masalah, ini tidak berlangsung lama kok.
Oya, setelah umur 1 bulan, saya akhirnya berani menengkurapkan Ghazy pelan-pelan. Tidak perlu lama-lama. Sebentar saja. 1 menit saja cukup.
Saya amati bagaimana reaksinya. Kadang dia menangis, kadang juga tidak. Stimulasi ini yang memicu kontroversi dengan para nenek. Marah-marahlah mereka. Cerita tentang ini ada di postingan saya tentang komentar orangtua.
Meski dimarahin sana sini, saya dan suami tetap melakukan tummy time untuk Ghazy. Setidaknya sehari 1-2 kali dengan waktu kurang dari 1 menit. Kalau Ghazy sudah kelihatan lelah, saya balikkan badannya.
Apa hasilnya?
Ghazy sudah bisa mengangkat tinggi kepalanya saat dia umur 2 bulan saat tummy time. Iya, secepat itu progres perkembangannya bayi. Kalau kita stimulus sedikit saja, melajunya sudah amat pesat. Saya saja heran.
Menjelang usia 2 bulan, saya baru memperkenalkan Ghazy dengan buku bantal. Reaksi awalnya seperti enggan ketemu buku. Itu kalau saya yang bacakan. Beda lagi kalau abinya. Dia bisa serius menyimak. Tapi, lama kelamaan, siapapun yang membacakan dia tertarik.
Perkembangan dan Stimulasi Baby Ghazy 2-3 Bulan
Di usia ini, waktu bangun di siang hari jauh lebih panjang dari sebelumnya. Sayangnya, dia selalu bangun di jam tidur siang. Ini sungguh ujian buat umminya yang suka ngantuk di jam-jam itu. ??
Apa saja yang biasa kami mainkan? Banyak. Membaca nyaring untuk Ghazy, mainan sapu tangan, main-main selimut dan tentunya tummy time.
Membaca nyaring yang saya lakukan tidak selalu menggunakan buku-buku bayi. Saya pakai media apa saja yang bisa digunakan. Bahkan, bantal, guling dan brosur mobil pun saya pakai media bercerita. Seolah sedang membaca. Ghazy suka sekali dengan ini.
Bermain dengan cermin juga sering kami lakukan. Apalagi kalau sudah mati gaya. Ajak aja Ghazy bercermin, pasti semangat. Hehehe.
Waktu Ghazy tummy time juga semakin panjang. Selain menengkurapkan Ghazy di atas selimut yang dibentuk U, kami juga mendorong Ghazy untuk bisa membalikkan badannya sendiri.
Oya, selain mengangkat kepala tinggi-tinggi, Ghazy juga sudah bisa miring ke kanan atau ke kiri sendiri. Ghazy baru bisa berguling ke kiri saat umur 3 bulanan. Baru satu arah saja ya.
Jemari Ghazy juga sudah bisa menggenggam jari-jari saya sendiri. Kalau saya dekatkan, dia bisa memegangnya sendiri.
Hal yang Perlu Diperhatikan Orangtua Saat Menstimulus Bayi
Seharusnya, poin ini disampaikan di atas. Tapi nggak apa-apa deh, ditaruh di bawah. Ada beberapa poin yang ingin saya sampaikan terkait perkembangan bayi.
1. Perkembangan setiap bayi berbeda
Tiap bayi punya perkembangan yang berbeda. Tidak perlu membandingkan bayi kita dengan bayi lain. Malah stress sendiri nanti. Alih-alih bersyukur dengan setiap capaian tahap perkembangannya, kita malah merasa kurang terus.
Gunakan ceklist skrining perkembangan sebagai bahan rujukan apakah anak kita terlambat berkembang atau tidak. Kalau kita tidak menggunakan ini, ada dua kemungkinkan yang bisa terjadi. Kitanya jadi cuek, seperti kasus kenalan kami itu. Kemungkinan kedua, kita jadi merasa anak kita terlambat terus. Padahal ya belum tentu juga.
2. Stimulasi aja, jangan dianggurin
"Udah, biarin aja dia sesuai instingnya."
Jujur, saya amat sangat tidak setuju dengan pendapat ini. Otak bayi itu masya Allah, luar biasa sekali. Kita beri sedikit saja stimulasi, responnya sudah luar biasa.
Kalau menurut penjelasan dr. Tiwi, sinaps otak akan bersinambungan ketika kita memberikan stimulasi ke anak. Makin sering stimulasi ini diberikan, serabut otaknya juga akan semakin kaya. Ini yang membuat bayi jadi jauh lebih cerdas.
Saya yakin, bukan hanya saya yang sudah membuktikan hal ini. Para ibu yang sudah berusaha memenuhi PR perkembangan anak pasti merasakan hal yang sama. Jadi, sayang banget kalau bayi-bayi ini dianggurin gitu aja.
3. Fokus ke bayi dulu
Waktu tidak akan pernah bisa diputar. Ketika kita kehilangan momen dengan si kecil, ya sudah. Kita tidak akan bisa kembali lagi ke masa itu.
Bayi juga tidak bisa menunggu. Dia akan terus bertumbuh, tidak peduli seberapa lelah atau sibuknya kita. Jadi, meluangkan waktu untuk dia itu penting. Lepas dari apapun kondisi kita. Mau ibu rumah tangga atau bekerja, ini harus dilakukan.
Satu hal yang saya ingat ketika lelah membersamai Ghazy,
"Bukan dia yang minta dilahirkan ke dunia, tapi saya yang memohon ke Allah agar dia bisa lahir."
Saya coba ingat kembali bagaimana perjuangan untuk mendapatkannya. Berapa panjang malam yang harus saya habiskan untuk merindukan kehadirannya. Lalu, setelah dia hadir, apa pantas saya abaikan dia dan sibuk dengan urusan sendiri?
4. Be happy
Saat bayi usia 0-3 bulan, bukan hanya dia yang sedang beradaptasi dengan lingkungan baru. Kita pun iya. Belajar menyusui, merawat, mengenal tanda-tanda yang dia berikan. Tidak jarang semua hal itu membuat pikiran dan perasaan jadi ruwet.
Belum lagi hormon pasca melahirkan. Ketidaktahuan kita dalam menghadapi fase baru menjadi ibu, lingkungan yang tidak mendukung, serta pengaruh hormon menjadi pemicu besar seorang ibu terkena baby blues, bahkan bisa depresi.
Saya tahu bahwa fase itu amat sulit untuk semuanya. Banyak drama yang menguras air mata di sana. Tapi, percayalah bahwa di balik tangisan itu ada banyak cara untuk bisa bahagia.
Atur fokus kita. Belajar agar kita tidak buta dan panik berlebih. Minta bantuan orang lain ketika kita tidak sanggup mengerjakan. Tidak perlu sungkan. Cara ini akan membantu kita untuk tetap waras dan happy selama mengasuh si kecil.
5. Apresiasi diri sendiri
Dengan segala hal yang kita lalui di awal-awal kehidupan si kecil, jangan lupa untuk mengapresiasi diri sendiri. Kita sudah melakukan yang terbaik untuk anak kita. Sebagian dari kita bahkan sampai lupa makan minum.
Cobalah untuk berterima kasih pada diri sendiri atas segala kerja keras yang sudah dilakukan. Tidak perlu menjadi sempurna untuk melakukan ini. Ingat, kita ini manusia biasa. Kita bukan Tuhan Yang Maha Perkasa.
Penutup
Awalnya, saya mau menuliskan stimulasi bayi dari 0-6 bulan. Tapi ternyata 0-3 bulan saja sudah sepanjang ini. In syaa Allah seri tumbuh kembang ini akan terus berlanjut per 3 bulan sampai bayi berusia 1 tahun. Oya, semua stimulasi yang saya tulis ini berdasarkan apa yang sudah pernah saya lakukan dan pelajari dari sana sini.
Kalau kamu punya cerita menarik saat mendampingi si kecil di usia ini, share ceritamu di kolom komentar ya.