-->

Sabtu, 03 Agustus 2019

Ketika LGBT Semakin Merajalela, Duh Gusti! - by bang novan

Ngeblogo - Ketika LGBT Semakin Merajalela, Duh Gusti! Ngeblogolover, banyak diantara pembaca Ngeblogo mungkin tidak asing lagi dengan akronim LGBT. Bukan Lagi BeTe alias Boring Total or bosan abis. Tapi LGBT yang merupakan kependekan dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Persoalan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) kembali muncul ke permukaan. Terbukti diantaranya masuk trending topik twitter hari ini. Berbagai pihak yang pro dan kontra terhadap fenomena ini telah lama mengupasnya dari beragam aspek.

Dalam laman wikipedia.org, disebutkan LGBT atau GLBT adalah akronim dari "lesbian, gay, biseksual, dan transgender". Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa "komunitas gay" karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan.

Fitrah Sebagai Tabiat Atau Watak

Fitrah bermakna suatu kecendrungan bawaan alamiah manusia. Fitrah juga bermakna keteraturan (cosmos). Disini fitrah merupakan sifat alamiah yang beraturan. Artinya sifat mengikuti suatu ketentuan yang datangnya dari Tuhan. Ketundukan kepada Tuhan membawa keharmonisan, karena bermakna perwujudan yang inheren dalam sifat �dasar sejati seseorang. 

Sedangkan tabiat atau watak adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku. Tindakan-tindakan seseorang lahir dari wataknya yang disadari atau tidak. Watak terlahir dari hubungan seseorang dengan selainya yang diperoleh dari pendidikan dan pengalaman berintraksi dengan lingkungannya, baik lingkungn hidup maupun benda-benda dan peristiwa-peristiwa.

Fitrah secara prinsipil menjadikan lelaki sebagai lelaki, perempuan sebagai perempuan dan membiarkan mereka dengan ciri khas masing-masing agar masing-masing siap menjalani tugas-tugas tertentu, bukan untuk kepentingan pribadi dan bukan kepentingan jenis kelamin tertentu, tetapi untuk kepentingan manusia yang berjalan teratur, memenuhi ciri khasnya masing-masing sesuai dengan tujuan penciptaan melalui keberagaman dua jenis mahluk ini. Melalui keragaman ciri khas dan keberagaman tugas, maka akan muncul pula keberagaman kewajiban, keberagaman bagian, dan keberagaman posisi untuk menciptakan dan mewujudkan kepentingan perusahan besar dan institusi raksasa yang dinamakan �kehidupan�.
Fitrah manusia akan berkembang ke arah yang sehat dan wajar bila manusia menempati kedudukan yang sesuai dengan tabiatnya yaitu sebagai hamba Tuhan.
Tabiat mampu memperoleh pengetahuan melalui daya naluriah atau daya alamiah. Al-qalb menjadi penentu dalam kapasitas kebaikan dan keburukan seseorang. Meskipun manusia meninggalkan fitrahnya tersebut saat terjadi penyimpangan iman, namun fitrah tetap menjadi tabiat dalam jiwa. Penyimpangan ini bisa terjadi akibat kesalahan orang tua dalam mendidik serta lingkungan yang buruk yang ada di sekitarnya.

Penyimpangan LGBT dan Dampaknya

Terlepas dari pro kontra tentang LGBT ini, banyak yang memandang bahwa LGBT adalah sebuah bentuk penyimpangan dari fitrah manusia. Neuro psikolog dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ihshan Gumilar menegaskan lesbi, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) adalah penyakit mental. LGBT adalah penyakit mental dan bukan disebabkan oleh faktor biologis atau bawaan lahir. Pasti ada kejadian yang membuat seseorang menjadi LGBT.

LGBT disebabkan oleh multifaktor. Di antaranya seperti keluarga dan mengakses p0rn0grafi. Jika otak seseorang terlalu sering mengakses p0rn0grafi utamanya hubungan s3ksual sesama jenis, dia mengatakan, maka otak bisa mengikutinya. Ini karena sifat otak yang fleksibel seperti plastik. Ini ditambah media sosial (medsos) yang menjadi pintu masuk utama anak terjangkit LGBT.

Dalam agama apapun jelas melarang penyimpangan seksual ini. Kalau ada yang mengatakan Tuhan yang membuat orang menjadi LGBT, maka tidak mungkin di satu sisi Tuhan menciptakan azab atau hukuman untuk manusia yang melakukan praktek itu. Pernyataan bahwa LGBT bukanlah gangguan kejiwaaan sejak 1973 adalah paham yang menyesatkan. Pernyataan yang merupakan hasil voting dan didapat bukan dari observasi mengenai homoseksual dan hasilnya dimuat pada Diagnostic Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) edisi kelima dimana pada buku tersebut LGBT dihilangkan dalam DSM banyak dijadikan panutan para psikolog dunia.

Untuk itu, Ihshan menegaskan LGBT bisa disembuhkan. Asal penderitanya berkonsultasi dan berobat pada psikolog yang benar dan tidak mendukung LGBT.

Hal senada pernah diungkapkan oleh Fidiansyah [Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza (Dit P2MKJN), Kementerian Kesehatan (Kemenkes)-dulu, sekarang Ngeblogo kurang tahu jabatannya] mengaku, Indonesia sudah memiliki sendiri buku pedoman kesehatan jiwa Indonesia. Masalah LGBT adalah masalah kesehatan jiwa dan tegas dinyatakan di buku pedoman kesehatan jiwa Indonesia.

Dokter spesialis kulit dan kel4min, dr Dewi Inong Irana, memaparkan secara detail tentang bahaya LGBT ini dari sisi psikologi dan kesehatan. Menurut dia, kelompok lelaki s3ks dengan lelaki (LSL) atau yang dikenal sebagai LGBT, 60 kali lipat lebih mudah tertular HIV-AIDS dan penularan yang paling mudah melalui dubur. 

Inong mengisahakan, memiliki seorang pasien mahasiswa yang baru berumur 22 tahun. Mahasiswa itu mengidap sipilis stadium dua. Mahasiswa tersebut memiliki empat pacar, yaitu satu wanita dan tiga pria. Mahasiswa itu bilang bahwa yang perempuan tidak diapa-apakan karena berbahaya, takut hamil. Makanya dia mencari "yang aman saja". Padahal mengerikan akibatnya.

Data dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) AS pada 2010 menunjukkan dari 50 ribu infeksi HIV baru, dua pertiganya adalah gay- MSM (male s3x male/laki-laki berhubungan s3ks dengan laki). Data pada 2010 ini jika dibandingkan dengan data pada 2008 menunjukkan peningkatan 20 per sen. Sementara, wanita transgender memiliki risiko terinfeksi HIV 34 kali lebih tinggi dibanding wanita biasa.

Lebih lanjut, data CDC pada 2013 di Amerika Serikat, dari screening gay (pemeriksaan terhadap kaum gay), yang berusia 13 tahun ke atas, 81 persen di antaranya telah terinfeksi HIV dan 55 persen di antaranya terdiagnosis AIDS.

Ini yang membuat pembela, ahli kampanye kubu pro LGBT ribut setengah mati. Bagi anak muda yang merasa bahwa LGBT itu aman, sebaiknya berpikir ulang. Meskipun dengan dalih macam-macam alasan untuk membenarakan LGBT dengan berbagai kampanye dan tulisan bahwa ini bukan cuma orientasi s3ks semata dan seabrek alasan lainnya, kenyataannya di lapangan membuktikan LGBT itu adalah penularan termudah HIV-AIDS.

Selain HIV-AIDS, ada penyakit lain akibat LGBT yang tak kalah berbahayanya, contohnya, sarkoma kaposi, sebuah penyakit baru yang belum ada penawarnya. Sarkoma kaposi adalah kanker yang menyebabkan sebagian kecil jaringan abnormal tumbuh di bawah kulit, di sepanjang mulut, hidung, dan tenggorokan atau di dalam organ tubuh lainnya.

Bagian tersebut biasanya berwarna merah atau ungu dan terbuat dari sel kanker dan sel darah. Inong juga mengatakan, tidak ada satu pun agama yang memperbolehkan hal itu sebab dampak perilaku tersebut sangat buruk bagi kesehatan. Fitrah manusia sejak lahir adalah suka terhadap lawan jenis, bukan sesama jenis.

Inong mengaku tak ambil pusing dengan munculnya beberapa spesialis kulit yang pro LGBT. Bagi dia, LGBT bukan saja haram, melainkan juga perbuatan yang dilaknat Tuhan. Ini sudah dikisahkan di zaman Nabi Luth. Meski demikian, Inong mengajak masyarakat untuk acuh dan mengajak para pelaku buruk tersebut untuk bertobat, diberi kasih sayang, pengertian, jangan dikucilkan atau bahkan ditakut-takuti.

Sedangka menurut Konselor Yayasan Peduli Sahabat, Wulan Rigastutu, menduga pelaku gay disebabkan kurang akan kasih sayang keluarga, terlebih dari sosok ayah. Sehingga ketika ada lelaki dewasa yang peduli terhadapnya mereka merasakan suasana baru yang nyaman. 

Belajar dari Kisah Nabi Luth

Bagi Ngeblogolover yang beragama Islam, tentu pernah dengar atau membaca kisah Nabi Luth dan kaumnya. Jika belum tahu, berarti kurang update. Maka sering-seringlah update pengetahuan tentang ajaran-ajaran Islam. Jangan sampai cuma Islam KTP saja. Rugi dong!

Maraknya isu lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) saat ini mengharuskan kita semua belajar lagi dan mengambil hikmah dari kisah Nabi Luth AS dan kaumnya yang dikenal berperilaku menyimpang, yaitu kaum homo5eksual (liwath).

Pembelajaran tersebut agar hikmah yang dipetik dari kisah kaum Nabi Luth AS itu benar-benar menjadi pelajaran bagi masa depan bangsa dan umat manusia. Setidak-tidaknya ada tujuh narasi kategori perilaku yang disematkan Alquran kepada kaum Nabi Luth AS.

Pertama, perbuatan homos3ksual (pria atau perempuan penyuka sesama jenis) disebut fahisyah. �Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya, �Kamu benar-benar melakukan perbuatan yang sangat keji (homoseksual) yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun dari umat-umat sebelum kamu�.� (QS al-�Ankabut [29]: 28).

Menurut Muhammad al-Hijazi dalam at-Tafsir al-Wadhih, esensi fahisyah itu adalah perbuatan yang sangat keji, buruk, menjijikkan, dan sangat membahayakan.

Kedua, perilaku lesbian dan gay kaum Luth AS itu disebut mungkar (ditolak keras, tidak bisa diterima norma agama, etika, atau hukum). �Apakah pantas kamu mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu?�

Maka, jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan, �Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika engkau termasuk orang-orang yang benar.� (QS al-`Ankabut [29]: 29). Lebih parah lagi, mereka menantang Nabinya untuk meminta didatangkan azab Allah SWT kepada mereka.

Ketiga, perilaku kaum Nabi Luth AS itu dinilai mufsid (merusak). �Dia (Luth) berdoa, �Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas golongan yang berbuat kerusakan itu.� (QS al-`Ankabut [29]: 30).

Mereka dinilai sebagai pembuat kerusakan karena mereka itu merusak indahnya lembaga pernikahan berbeda jenis, merusak salah satu tujuan dan fungsi pernikahan, yaitu reproduksi secara sehat dan halal, sekaligus merusak mental-spiritual dan masa depan manusia.

Bayangkan, jika mayoritas manusia berperilaku seperti kaum Nabi Luth AS, niscaya punahlah kehidupan manusia di muka bumi ini.

Keempat, perilaku kaum Nabi Luth AS itu dianggap musrif, sungguh keterlaluan, atau melampaui batas: rasionalitas, kepatutan, dan kewajaran (abnormal). �Dia (Ibrahim) berkata, �Apakah urusanmu yang penting wahai para utusan (malaikat)?�

Mereka menjawab, �Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth) agar kami menimpa mereka dengan batu-batu dari tanah (yang keras), yang ditandai dari Tuhanmu untuk (membinasakan) orang-orang yang melampaui batas.� (QS az-Dzariyat [51]: 31-34).

Betapa tidak melampaui batas, binatang saja yang tidak diberikan oleh Allah SWT akal dan kalbu, tidak ada yang menyukai sesama jenis.

Tidak ada ayam, kambing, kerbau dan lainnya yang jantan atau betina menyukai dan mengawini sesama jantan atau betina. Artinya, perilaku kaum Nabi Luth itu jauh lebih buruk daripada perilaku binatang.

Kelima, perilaku kaum Nabi Luth AS itu dinilai zalim (aniaya), baik terhadap diri mereka sendiri maupun orang lain. Disebut zalim karena mereka melakukan perbuatan yang menyimpang dari fitrah kemanusiaan dan melawan norma dan etika sosial.

Banyak riset menunjukkan asal mula timbulnya penyakit AIDS adalah karena hubungan s3ksual sesama jenis, melalui perilaku s3ks an4l (dubur) yang oleh Nabi SAW secara tegas dilarang.

Keenam, perilaku kaum Nabi Luth AS itu merupakan dosa besar, pelakunya disebut mujrimun.

Ketujuh, perilaku kaum Nabi Luth itu termasuk perilaku yang berulang kali diberi peringatan (mundzar) oleh Allah SWT, namun mereka tetap tidak percaya, bahkan menentang dan menantang didatangkannya azab kepada mereka.

Akibatnya, �Dan Kami hujani mereka (dengan hujan batu), maka betapa buruk hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.� (QS asy-Syu�ara� [26]: 173-174).

Kisah dalam Alquran tersebut faktual, benar adanya, dan tidak ahistoris. Azab yang diturunkan Allah SWT kepada kaum Nabi Luth AS yang berperilaku ala LGBT itu adalah hukuman superdahsyat.

Tidak ada argumen yang dapat dijadikan sebagai pembenaran atas legalisasi perkawinan sejenis, termasuk argumen HAM, karena perilaku kaum Nabi Luth itu justru melanggar HAM: melawan nurani dan fitrah kemanusiaan yang benar dan lurus, mematikan proses reproduksi melalui pernikahan berbeda jenis dan mematikan masa depan kemanusiaan.

Sumber referensi:
https://www.uinjkt.ac.id
https://www.republika.co.id
https://inpasonline.com