-->

Minggu, 14 Juni 2020

Menjaga Semangat Belajar Meski Sudah Jadi Ibu

semangat belajar

Saya patut bersyukur karena Allah memperkenalkan saya dengan para ibu yang punya semangat belajar tinggi. Mereka jarang sekali mengeluh tidak punya waktu untuk belajar. Alih-alih mengeluh, mereka justru antusias sekali dengan ilmu-ilmu baru yang akan mereka dapatkan.

Bagi saya, ini anugerah. Semangat mereka yang menggebu-gebu dalam belajar ini juga yang mendorong saya untuk terus belajar. Apapun kondisinya. Entah saya punya anak atau tidak.


Karena Ibu Madrasatul Ula

semangat belajar

Teman-teman saya ini bukan pengangguran yang kebanyakan waktu luang. Sebagian besar bahkan tidak dibantu asisten rumah tangga untuk mengurus rumah. Mereka kerjakan semuanya sendiri. Ya mengasuh anak, ya mengurus rumah. Bahkan, ada juga yang masih harus bekerja di ranah publik.

Jadi, kalau ada ibu-ibu yang bilang, "asisten rumah tangga saya nggak sebanyak Nia Ramadhani," itu cuma alasan aja. Sebuah pembenaran untuk tidak berinvestasi terhadap dirinya.

Dulu, sebelum saya menikah dan punya anak, saya heran dengan teman-teman saya ini. Bagaimana caranya mereka mengatur waktu agar bisa menjalani semua itu? Apa tidak repot harus mengurus ini itu sambil belajar?

Hari ini, setelah saya menjadi ibu, saya akhirnya sadar jawabannya. Kesadaran perempuan sebagai madrasatul ula bagi anak-anaknya inilah yang mendorong mereka untuk terus belajar. Mereka penuhi amanah yang telah Allah berikan sebagai wujud ketakwaan mereka.

Justru ketika semua itu dilakukan sebagai wujud ibadah, Allah bantu untuk menyelesaikan segala urusan. Kalau dinalar memang rasanya tidak ada waktu. Tapi, percayalah bahwa Allah Sang Penggenggam Waktu. Kalau pertolongan Allah sudah datang, tidak ada yang tidak mungkin.

Belajar Itu Mengurai Keresahan

Galau

Jujur, setelah menikah, banyak hal yang bikin galau. Mau kerja dari rumah atau di luar rumah. Kalau di rumah apa pertimbangannya, kalau di luar juga apa.

Saat hamil, ternyata keresahannya lain lagi. Galau pilih obgyn, pilih tempat bersalin, mempersiapkan kelahiran, biaya ini itu. Setelah anaknya lahir, keresahannya beda lagi. Khawatir ASI yang tidak lancar, takut-takut saat harus merawat bayi, dan sebagainya. Bahkan keresahan itu akan terus ada seiring bertambahnya usia. Seakan tidak pernah ada habisnya.

Buat saya, ilmu yang saya dapatkan sebelum menjalaninya langsung itu menenangkan. Saya tidak bilang itu bisa menghapus semua keresahan. Tapi, ketika tahu usaha apa yang harus dilakukan, bagaimana caranya, itu betul-betul membantu diri ini untuk tetap waras menjalani lika-liku sebagai ibu baru.


Tips Menjaga Semangat Belajar Meski Sudah Jadi Ibu

Belajar

Semangat belajar itu tidak hadir tiba-tiba. Namanya semangat, ya pasti ada naik turunnya. Tapi, kita bisa menyiasati agar dia bertahan lebih lama. 

Berikut ini adalah cara saya untuk menjaga semangat belajar. Semoga bisa membantu buibu yang mungkin mulai kehilangan semangat untuk belajar.

1. Tentukan minat

Kenapa sih minat ini penting? Karena kalau kita tahu apa minat kita, ini akan amat sangat memudahkan proses belajar kita. Tekanan dalam belajar juga bisa diredam. Bahkan, kita bisa menjalaninya dengan suka cita.

Misal, saat mau menikah, belajar tentang reproduksi perempuan. Tahu bagaimana hubungan siklus nenstruasi dengan mudah tidaknya hamil. Kalau siklusnya tidak teratur, apa saja yang bisa dilakukan.

Saat baru menikah, belajar tentang kehamilan. Apa saja yang akan dilalui saat hamil. Apa yang harus dilakukan dicari tahu. 

Dan seterusnya. Biasanya minat belajar ini akan muncul ketika kita akan menjalani itu semua. Dorongannya akan semakin besar ketika waktunya pun semakin dekat.

2. Susun kurikulum untuk mempermudah

Ketika sedang semangat belajar, tak jarang dari kita melahap semuanya sekaligus. Ikut banyak kelas, baca banyak buku, nonton banyak video dari para expert. Saya tidak bilang ini buruk, tapi seringkali ini justru membuat kita jadi tsunami informasi. Alih-alih makin paham, jadinya malah semakin galau.

Coba susun kurikulum belajar. Tentukan cara terbaik untuk belajar bagaimana. Setiap orang unik, jadi tidak harus sontek cara belajar teman. Tengok saja ke diri sendiri kira-kira suka belajar dengan metode seperti apa.

Upayakan juga untuk tidak belajar banyak hal dalam satu waktu. Susun jadwal belajar. Ini akan membantu kita untuk membangun kerangka berpikir dalam menghadapi masalah di kemudian hari.


3. Cari lingkungan yang mendukung

Tidak bisa dipungkiri lingkungan itu mendukung. Kalau kita punya teman-teman yang semangat belajarnya tinggi, kita pun ikut semangat. Sebaliknya, jika mereka selow aja, kita juga jadi ikut selow.

Kalau kita ingin menjaga semangat belajar, coba gabung ke komunitas ibu-ibu pembelajar. Sesuaikan juga dengan minat kita. Apa sih yang ingin kita tekuni.

Peran Suami dalam Proses Belajar Ibu

Love

Ini hal terakhir yang tidak kalah penting. Banyak orang yang akhirnya kesulitan belajar karena tidak punya dukungan dari suaminya. Bagi saya, suami tidak hanya punya fungsi memberikan izin saja. Tapi lebih dari itu.

Saya bisa belajar banyak hal mulai dari tulis menulis, blogging, parenting, dan lain-lain karena dukungan suami. Dukungan ini banyak sekali. Ya dibayarin kelasnya, ya dibantu dalam menyelesaikan pekerjaan rumah, ya dibantu untuk mengasuh anak. Bayangkan ketika semua pekerjaan rumah dan pengasuhan saya kerjakan sendiri. Tentu ini akan amat sangat sulit bagi saya untuk belajar.

Lalu, bagaimana kalau suami kita belum peka atas kebutuhan istri yang satu ini?

Komunikasikan. Coba bicarakan sedetail mungkin. Jangan gunakan kode-kode. Pusing dan capek sendiri nanti. Langsung saja utarakan apa mau kita. Tentu saja, gunakan siasat cantik agar proses komunikasi ini tetap menyenangkan.

Kesimpulan

Menjadi ibu adalah amanah yang luar biasa. Rasanya mustahil bila kita menjalaninya tanpa ilmu. Ini sebabnya menjaga semangat untuk terus belajar juga menjadi hal penting. Selain upaya dari diri sendiri, peran suport system juga akan amat sangat membantu proses ini.

Kalau kamu seorang perempuan juga, coba ceritakan di kolom komentar tentang apa yang sedang kamu pelajari dan tantangannya. Siapa tahu ceritamu akan menginspirasi yang lain untuk terdorong belajar juga.