Belakangan ini, saya merasa antara otak dan tubuh saya sering sekali tidak sinkron. Banyak kesalahan-kesalahan konyol yang saya lakukan. Contoh, salah ambil handuk waktu mau mandi. Bukannya ambil handuk sendiri, malah handuknya Ghazy yang diambil. Ini masih belum seberapa. Pernah juga mau nutup termos pakai tutup tempat sikat gigi Ghazy.
Kalau ditanya kenapa bisa begitu, jawabannya karena saya sedang butuh refreshing. Saya yakin saya bukan satu-satunya orang yang mendadak jadi aneh setelah titah di rumah aja digaungkan oleh Pak Presiden. Tapi, begini ini masih mending karena ternyata di luar sana banyak yang kesehatan mentalnya mulai terganggu.
Ada orang-orang yang mulai mengalami anxiety, paranoid, psikosomatis, dan lain-lain. Kapan hari saya baca curhatan beberapa teman di WAG. Mereka cerita kalau belakangan mentalnya sudah tidak sehat lagi karena terpapar segala hal tentang Covid-19 ini. Ya berita-berita ngerinya, ya hoax-hoaxnya. Makin lama kok ya bikin mual.
Baca juga: Corona Virus dan Kita Hari ini
Takut Itu Wajar, Kok!
Kalau hari ini kamu merasa cemas atau takut, it's okay. Itu wajar, kok. Rasa takut ini justru bisa jadi alarm untuk diri kita sendiri agar lebih aware dengan kondisi apapun. Jadi, nggak sembrono gitu.
Saya lupa di Bobo edisi berapa. Pastinya sudah jadul banget ya. Penting banget kita punya rasa takut. Malah harus ada. Jangan sampai nggak punya sama sekali.
Permasalahan yang muncul bukan di kita takut atau tidak. Tapi, ketika rasa takut ini mulai berlebihan. Reaksi yang kita timbulkan pun jadi berlebih.
Gangguan Psikis Menurunkan Imun
Ini sudah banyak sekali dokter yang menjelaskan terkait ini. Ketika psikis kita terganggu, maka imun tubuh kita juga ikut turun. Apakah ini terjadi langsung? Ternyata tidak. Ada tahapan-tahapan sebelum sampai ke sana.
1. Menurunnya kemampuan otak
Ini yang sedang saya alami beberapa hari ini. Saking bosannya, kok ya rasanya jadi mulai bego gitu. Otak sama badan banyak nggak sinkronnya.Ada yang lebih parah lagi. Sudah tidak bisa berpikir jernih. Otaknya fokus ke hal-hal buruk aja tanpa mampu menghasilkan solusi. Ya makin stress.
2. Hormon mulai kacau
Siapa yang pernah datang bulannya kacau gara-gara menyelesaikan skripsi? Yuk, angkat tangan!Saya nggak pernah sampai begini sih. Tapi teman-teman saya banyak yang mengalaminya. Ada yang tidak mens selama 2 bulan lebih. Ada juga yang justru mens tidak henti-henti.
Kita sama-sama tahu bahwa menstruasi bisa terjadi atas kerja hormon. Kalau ini terganggu, siklus mensnya jelas jadi terganggu juga.
Ini juga yang jadi alasan kenapa ketika kita mau promil nggak boleh stress. Hamil kan butuh peran aneka hormon untuk ini itu. Kalau stress, hormon nggak stabil, ya susah lagi hamil. Teman saya ada lho yang sampai cuti sebulan biar nggak ngurus kegiatan kampus biar promilnya lancar. Alhamdulillah, sekarang udah punya anak.
3. Imun tubuh turun
Nah, ini yang terakhir. Setelah 2 tahap tadi kita lalui, gongnya ada di sini nih. Menurunnya imunitas di dalam tubuh kita.Ini yang gawat. Terutama di masa pandemik macam sekarang. Kita butuh imun yang kuat untuk bisa melawan penyakit ini.
Kita sama-sama tahu bahwa tingkat penularan Covid-19 ini tinggi sekali. Tapi, kemungkinan sembuhnya juga besar tergantung dari daya tahan tubuh kita. Orang yang positif covid-19 tidak selalu butuh ICU untuk bisa tetap hidup. Ada banyak kasus yang ternyata tidak butuh perawatan medis sama sekali. Ya macam kita flu biasa aja. Kalau mau cepat sembuh, minum vitamin, makan-makanan yang bergizi, istirahat yang cukup.
Jaga Kesehatan Mental dengan Hal Ini
Pada akhirnya, kalau kita ingin bisa tetap survive dari virus ini. Kita tidak cukup hanya menjaga asupan makanan dan rajin olahraga saja. Kondisi mental kita juga perlu dijaga agar daya tahan tubuh kita tetap baik. Ada 3 hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mental kita.
1. Batasi asupan informasi tentang Covid-19
Peringatan tentang Covid-19 ini ada di mana-mana. Banyak sekali. Mau nonton TV, beritanya ada. Mau buka internet, sekarang iklannya ada. Buka WAG apalagi, ini banjir banget. Parahnya lagi kalau di WAG, banyak informasi-informasi tidak valid yang beredar.Melelahkan lho ngikutin itu semua. Tidak hanya itu saja, paparan informasi ini ternyata kalau terlalu banyak juga nggak baik untuk mental kita. Jadi, perlu kiranya kita membatasi diri untuk update info.
Tidak harus selama 24 jam tahu kondisi terkini. Kita bukan pemimpin daerah yang harus selalu update info perkembangan untuk mikir langkah strategis, kan. Kita cuma butuh tahu agar lebih waspada saja. Kalau saran saya, update informasi cukup sekali dalam sehari. Itu pun jangan terlalu lama. Biar nggak pusing juga.
2. Cari hiburan
Kita memang disuruh untuk di rumah aja. Tapi, bukan berarti kita tidak bisa mencari kesenangan di sini. Kita bisa lho cari hiburan dengan melakukan hobi kita. Contoh, memasak, nonton film, journaling, dan masih banyak lagi. Lakukan saja selagi punya banyak waktu. Bahkan, kalaupun waktu kita terbatas karena banyak sekali yang diurus, luangkan waktu khusus.
Saya biasanya menggunakan waktu di pagi hari untuk memasak sembari nonton reality show Korea, film, atau bahkan drama. Sisanya, main sama anak sampai capek. Ini ternyata lumayan membantu untuk bisa tetap waras.
3. Perbanyak ibadah
Semua juga bisa merasakan ya. Ketika kita khusyuk beribadah, hal yang kita dapat adalah ketenangan. Kalau sudah mulai gundah, kita bisa perbanyak sholat sunnah kita. Ini juga yang diajarkan Rasulullah ketika kita mendapat ujian. Hadapi dengan sabar dan sholat.4. Istirahat yang cukup
Ini juga poin yang tidak kalah penting. Istirahat yang saya maksud tentu bukan hanya sekedar rebahan saja. Kita juga butuh tidur cukup untuk bisa tetap waras. Saya pernah menulis tentang gangguan tidur dan solusinya. Silakan dibaca juga untuk tahu kolerasi antara cukup tidur dengan menjaga diri agar tetap "waras".Penutup
Pandemik ini adalah ujian yang kita alami bersama. Ada perang melawan musuh yang kita sama-sama tidak bisa lihat. Pastinya, bukan hanya sehat secara fisik saja yang kita butuhkan, tapi juga mental. Ada banyak cara untuk bisa menjaga itu semua. Tapi, jangan lupa. Jangan segan atau takut untuk meminta bantuan tenaga ahli, bila gejala yang kita alami semakin memburuk.Konsultasi dengan psikolog atau psikiater itu bukan aib kok. Ini justru jadi satu langkah berani yang bisa kita lakukan untuk bisa segera sehat.