Yuhuuuu... Akhirnya, blog ini terisi juga setelah sekian purnama vakum nulis. Ini bisa dibilang tulisan pertama setelah bangkit dari ini itu. Jadi makin berkesan karna pas banget sama moment tahun baru. Tahun baru, tulisan baru, diri yang baru.
Well, biasanya kalau tahun baru itu identik dengan resolusi yang baru. Tapi, kali ini saya nggak pingin bikin resolusi macem-macem. Cuma mau mengusahakan yang terbaik untuk tiap hal yang
saya jalani. Banyak hal yang nggak bisa saya janjikan terpenuhi dengan status baru ini, yaitu menjadi ibu.
11 November 2019 kemarin anak pertama kami lahir. Ini nih yang bikin segalanya jadi berbeda. Mau masak bingung. Beberes bingung. Bahkan, makan dan mandi aja bingung. Perlu banget adaptasi dengan segala hal yang baru ini.
Saya bersyukur sekali selama hamil kemarin dikasih kesempatan untuk belajar mempersiapkan diri jadi ibu. Kalau misal si baby lahir, saya harus apa. Ini sudah sempat dipelajari. Jadi, nggak kaget-kaget amat. Bahkan bisa selow gitu.
Pemilihan rumah sakit tempat bersalin sebenarnya membantu juga sih. Sebelum pulang, saya banyak diedukasi untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan menjadi ibu baru. Ini betul-betul sangat berguna.
Meski demikian, tetap saja rasanya bak naik roller coaster. Hmmm... Bombastis. Sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Tantangan demi tantangan datang silih berganti yang nggak jarang bikin lelah dan pingin nangis aja.
Nggak tahu ya, ini sudah kena baby blues atau nggak. Pastinya, saya nggak merasa nggak bisa urus bayi. Justru PD banget urus newborn ini.
Saya jadi ingat waktu awal-awal menikah. Bekal ilmu in syaa Allah sudah cukup untuk jadi tameng ketika tantangan ini itu datang. Gimana komunikasi ke pasangan. Gimana mengkondisikan diri dengan amanah baru. Tapi ya tetep aja bingung sendiri.
Apalagi waktu awal-awal pindah ke Bogor. Mau kerja lagi, galau. Mau di rumah aja, bosen. Bingung mau ngapain dengan segala hal yang serba baru.
Terus, saya nemu komunitas nulis dan dirangkul sama Ibu Profesional Bogor. Ini membantu sekali nemuin ritme diri. Oh, saya harus begini begitu. Saya bisa begini begitu. Hasilnya, 2019 kemarin macam panen aja. Buku antologi banyak yang terbit. Blog juga mulai menghasilkan. Bonusnya lagi, ada baby yang saya gembol ke mana-mana sepanjang tahun. Alhamdulillah.
Saya perlu ngaku kalau status baru ini bikin saya nggak ngerti harus merencanakan apa untuk setahun ke depan. Bahkan untuk anak saya sendiri pun, ini masih meraba-raba. Pinginnya sih, ajeg untuk diri sendiri dulu. In syaa Allah ke anak bisa ngikut. Ya kan anak juga tergantung gimana sayanya kan.
Tahun baru, diri yang baru. Meski banyak sekali hal yang perlu ditata pelan-pelan, saya nggak mau berhenti berharap. Harapan saya sebetulnya sederhana, saya ingin bisa menuntaskan amanah saya sebagai ibu dan istri tanpa harus melepaskan eksistensi diri. Maunya anak beres, kerjaan rumah beres, tulis menulis juga jalan. Sekarang lagi pelan-pelan ditata.
Prioritas saya sekarang anak. Iyalah, dia masih kecil banget dan butuh saya banget. Pekerjaan lain bisa menyesuaikan sesuai dengan jam selownya baby. Pas nggak rewel atau tidur. Bisa? In syaa Allah bisa. Ini juga mulai diusahakan. Intinya, semangat dan jangan menyerah. Yakin aja kalau Allah sudah kasih amanah, pasti dimampukan. Tinggal gimana kitanya aja yang ngatur.
With love,