-->

Rabu, 12 Juni 2019

Tips Menulis Anti Macet Ala Lelly

Kalau ngomongin soal menulis, sebetulnya setiap orang pasti bisa melakukannya. Buktinya, waktu sekolah dulu kita bisa lho bikin karangan untuk tugas Bahasa Indonesia. Kita juga bisa menyelesaikan buku skripsi kita yang isinya tulisan dan data semua. Setiap orang pasti bisa, selama dia kenal huruf dan bisa baca.

Writing block


Ceritanya jadi berbeda ketika kita mulai bicara soal konsistensi nulis. Ada orang yang nulis banyak sekali. Seminggu bisa menghasilkan banyak sekali tulisan. Ada juga orang yang sebulan bahkan bisa tuh nggak nulis apa-apa. Katanya sih, ini soal dapet inspirasi atau nggak.


Dari story-nya Annisast beberapa minggu yang lalu,  saya jadi mikir, �iya juga ya.� Katanya, kalau kita nggak bisa nulis secara kontinyu, kita perlu nih mempertanyakan ke diri sendiri apakah kita suka nulis atau nggak? Karena ya memang nggak bisa dipungkiri hal yang nggak kita sukai itu memang sering bikin kita jadi jalan di tempat.



Sebagai contoh, saya paling nggak suka ngurusin cucian. Mau yang kotor atau bersih itu rasanya hmmm banget. Jadi, setiap kali saya harus berhadapan dengan cucian, saya akan butuh waktu yang jauh lebih lama dibanding saya harus nulis 1 artikel di blog, lengkap dengan editing dan layoutingnya.

Iya, nulis itu bisa semakin mudah dilakukan kalau kita suka melakukannya. Rasa suka itu yang mendorong kita untuk banyak-banyak latihan. Dari latihan ini, tulisan kita yang dulunya acak kadut jadi mulai keren. Orang yang dulunya terganggu dengan tulisan kita yang banak typo dan ngalor ngidul nggak jelas, jadi mulai suka karena ngalor ngidulnya ternyata asyik.

Sayangnya, suka aja nggak akan bikin kita auto jadi professional. Tapi rasa suka ini yang bisa mendorong kita untuk berusaha jadi professional, bahkan ketika kita sendiri nggak ngarep jadi pro.

Selain suka, sebetulnya ada hal lain yang bisa mendorong orang untuk menulis. Bahasa kerennya, Strong Why. Kenapa sih kita nulis? Kenapa sih kita harus nulis? Nggak harus dimulai dari rasa suka dulu. Tapi ketika punya strong why, menulis jadi semacam kebutuhan untuk memenuhi hal itu.

Ada banyak alasan yang mendorong orang jadi dadakan rajin nulis. Lagi butuh duit misalnya. Atau karena dia merasa wajib menyampaikan sesuatu yang dia ketahui agar opini masyarakat terbentuk melalui tulisannya. Atau hal yang lain. Nggak harus sama, tapi ketika kita nemu strong why ini, in syaa Allah nulis juga jadi lebih semangat.

Meskipun kita punya strong why dan suka nulis, nggak bisa dipungkiri writing block itu bisa terjadi. Mau nulis, tiba-tiba macet. Jadilah hanya bisa membuka laptop dan menatapnya dengan nanar. Atau mungkin cuma muter-muteri pensil atau bolpen sambil berharap mereka bisa menuntun jemari ini buat nulis sesuatu. Gemes pingin nulis, tapi bingung mau mulai dari mana. Ada yang pernah begini?

Perkara ini sebenarnya adalah persoalan klasik yang dihadapi oleh penulis. Baik itu yang newbie, maupun yang udah professional. Tapi bukan berarti hal ini nggak bisa dihindari. Kita bisa lho memanfaatkan kebuntuan ini justru jadi ide nulis yang baru. Kita juga bisa menyusun strategi agar kita bisa terus nulis tanpa macet.

Kali ini, saya akan berbagi sedikit tips menulis anti macet yang sudah saya pakai selama beberapa bulan terakhir. Cara ini sudah terbukti amat sangat jitu untuk menghindari writing block.

1. Pilih topik yang akan ditulis

Tema


Ini adalah hal pertama yang biasanya saya tentukan sebelum mulai nulis. Soal topik ini bisa didapat dari baca tulisan orang lain atau nonton video. Tulisan ini nggak harus buku sih kalau saya, kadang story orang, caption instagram orang, atau status orang bisa jadi referensi topik yang akan ditulis. Video juga macem-macem. 

Kalau masih belum nemu juga topik dari apa yang dibaca, seliweran di sosial media, biasanya saya akan mulai menggali kenangan masa lalu. Cerita traveling saya bareng suami yang suka antik itu bisa jadi bahan cerita. Bahkan ini bisa jadi berseri-seri saking panjangnya. Lumayan buat stock ide kalau lagi buntu.

Bisa juga dari film yang lagi ditonton. Abis nonton drakor, bisa tuh jadi bahan tulisan. Ambil dulu topiknya. 

Nggak ada salahnya juga untuk mengumpulkan topik yang mau ditulis. Kalau saya biasanya buat list topik yang sliweran di kepala. Catet semuanya. Kalau mau nulis, tinggal pilih salah satu.

2. Lakukan riset terkait topik yang akan ditulis tersebut


Research

Poin no. 1 dan 2 ini biasanya suka saya bolak balik. Ada kalanya, saya nemu topik setelah baca-baca atau nonton apa gitu. Ada kalanya juga, saya dapat topiknya dulu baru cari tahu lebih dalam terkait topik tersebut.

Riset ini penting, biar kita tahu lebih dalam topik yang mau kita bahas. Kita juga jadi punya gambaran umum terkait topik tersebut.

3. Buat outline tulisan

Garis besar tulisan

Dulu, saya nggak pernah pakai outline kalau mau nulis-nulis. Semuanya ngalir gitu aja. Tapi ada waktu di mana saya harus kejar tulisan dengan topik yang sudah ditentukan setiap harinya. Agak susah ya kalau cuma ngandelin tulisan yang ngalir gitu aja.

Formula ini juga sebetulnya dapet secara nggak sengaja. Pas lagi cari-cari referensi, terus pilih-pilih mana yang mau saya tulis, semuanya saya catat tuh di buku saya. Awalnya sih nggak ngeh kalau coretan itu membentuk outline. Lewat seminggu saya baru ngeh, kalau selama ini ya saya bikin outline dulu sebelum nulis.

Outline tulisan juga akan ngebantu kita untuk ngatur alur tulisan kita. Mau cerita apa dulu nih? Abis ini apa?

Hal spesial dari outline adalah ketika saya udah kayak setengah hilang ide mau nulis apa, terus baca outline, jadi ngalir lagi. Oh, abis ini bahas tentang ini nih.

4. Pilih waktu terbaik untuk mulai menulis

Jam


Tiap orang punya waktu terbaik sendiri-sendiri untuk menulis. Ada yang suka nulis pagi. Ada juga yang suka nulis di jam kunang-kunang alias malam hari. Saya pribadi lebih suka nulis di pagi hari. Setelah beberes rumah, mandi, dan Sholat Dhuha, itu waktu terbaik saya untuk mulai menulis. Lalu berhenti setelah pukul 12.00. Kalau sudah siang begitu biasanya suka ngantuk dan konsentrasi mulai terganggu. Tidur siang dulu, makan dulu, sholat dulu, baru sorenya lanjut lagi nulis-nulis santai, editing, layouting, atau sekedar baca-baca. Di luar kegiatan menulis di pagi hari itu memang lebih fleksibel. 

Kalian nggak harus menyamakan ritme dengan saya juga. Karena kondisi setiap orang kan berbeda. Ada yang pagi harus berjibaku dengan pekerjaan domestic lalu lanjut kerja kantoran, jadi baru bisa nulis malam-malam. Ada juga yang punya baby atau toddler yang waktunya banyak tersita untuk main sama mereka, jadi baru sempat nulis di waktu tidur anak. Cari saja waktu terbaik yang paling nyaman untuk kamu. Mau pagi, siang, malam, tak masyalah. Berapa lama menulis juga itu suka-suka.

Kalau saya, karena saya suka banget nulis. Kalau seluruh pekerjaan domestic selesai, sisa waktu saya banyak habis untuk menulis. Ya blogging, ya bikin story. Makanya, waktu kemarin kondisi ngedrop dan susah liat layar gadget agak tersiksa juga karena nggak bisa nulis.

5. Mulai menulis

Writing


Kalau keempat poin tadi sudah dipenuhi, sekarang saatnya kamu untuk mulai eksekusi ide. Tulis aja apa saja yang bisa kamu tulis. Jangan pedulikan PUEBI dulu, jangan pedulikan alurnya dulu. Pokoknya nuliiiis aja. Itu juga yang dulu pertama kali saya lakukan.

Jangan dibayangkan kalau tulisan saya bisa rapi ya. Dulu, jangankan PUEBI, nulis aja masih banyak sekali typo-nya. Alur juga berantakan ke mana-mana. Tapi saya nulis aja terus.

Mulanya, saya nulis untuk diri sendiri. Nulis di notepad, terus oneday dibaca sendiri. Semua file saya simpan rapi sekali. Padahal itu cuma coret-coret yang receh banget. Lama-lama pingin tuh nulis di blog. Nulis yang nggak cuma untuk diri sendiri tapi juga biar orang lain bisa menikmati tulisan itu. Topiknya nano-nano. Aneka macam rupa saya tulis. Apa yang kepikiran di kepala saya, ya itu yang ditulis.

Makin lama, makin suka nulis dan jadi pingin serius belajar nulis. Dari situ tuh, saya mulai kenal self-editing, PUEBI, dan teman-temannya. Tulisan saya yang dulunya berantakan pakai banget, jadi mulai rapi. 

Hanya ada segelintir orang saja yang langsung bisa menguasai keahlian tertentu. Tapi semua orang bisa belajar dan berlatih untuk menguasai keahlian tertentu itu. Termasuk menulis. Kalau kamu merasa nggak bisa nulis dan pingin bisa, ya nulis aja. Jam terbang yang nanti akan mengasah kemampuanmu dalam menulis.

Nah, itu tadi 5 tips menulis anti macet yang bisa saya bagikan. Kalau kamu juga punya tips menulis yang lain, yuk bagikan di kolom komentar. Mari kita belajar bersama. Selamat menulis.