Sebelum menikah, saya termasuk orang yang jarang sekali berurusan dengan cucian. Kalau di rumah, ada adik saya yang biasa mencuci dan mensetrika baju orang rumah. Dulu, waktu masih di kos juga dicuci oleh orang lain. Saya biasa melaundry-kan baju-baju saya. Atau pilih tempat kost yang menyediakan jasa mencuci sekaligus. Saya lebih rela merogoh kocek lebih dalam dibanding harus berkutat dengan cucian.
Setelah menikah semuanya berubah. Mau laundry baju pikir-pikir seribu kali. Kalau dulu saya hanya menghabiskan uang 30 ribu rupiah saja untuk laundry, sekarang bisa 100 ribu lebih untuk pakaian seminggu 2 orang. Ini masih 2 orang, belum nambah lagi. Berapa duit yang keluar?
Baju yang dilaundry juga kita sama-sama tahu lah ya. Biasanya beberapa baju masih harus saya setrika lagi. Itu belum resiko baju hilang dan kelunturan. Sudahlah ongkosnya mahal. Resikonya lumayan pula.
�Udah, cuci baju sendiri aja,� begitu yang suami saya bilang.
Baiklah, kalau paduka berkata demikian. Apa yang bisa saya lakukan?
Suami saya adalah orang yang mudah berkeringat dan suka risih pakai baju yang sudah kena keringat. Jadi, kalau sudah merasa tidak nyaman, dia akan ganti baju. Sehari bisa 2-3 kali. Baju-baju saya juga tidak kalah banyak. Kalau keluar rumah, saya biasa menggunakan gamis sebagai luaran dan pakaian rumah sebagai dalaman. Tujuannya supaya tidak njiplak badan kalau terkena angin. Dari sini saja, sudah nampak alasan kenapa kalau laundry bisa mengeluarkan uang lebih dari 100 ribu rupiah.
Saya dan suami biasa mencuci 2-3 kali dengan mesin cuci kami yang berkapasitas 7 kg. Itu untuk cucian seminggu. Hal yang mengerikan itu sebetulnya bukan di proses mencucinya. Kalau mencuci saja sih mudah. Ada mesin cuci yang tinggal pencet terus mencuci sendiri dan mengeringkan baju sendiri. Tapi proses sesudahnya itu yang melelahkan. Setrika.
Ini momok untuk beberapa ibu-ibu di luar sana. Kalau sudah melihat tumpukan cucian itu pasti sulit untuk membayangkan bagaimana mensetrika semua itu. terbayang sudah panasnya, lelahnya, belum lagi kalau pakaian kusut lagi setelah masuk ke lemari. Hhhh� membayangkan proses itu saja sudah bikin maju mundur cantik.
Etapi, saya punya cara untuk berdamai dengan tumpukan cucian itu. Meminimalir rasa lelah, tapi baju masih bisa tetap rapi.
1. Kebaskan pakaian sebelum menjemur
Ini keuntungan yang bisa kita gunakan. Mengebaskan pakaian yang belum sepenuhnya kering ini, bisa membantu pakaian jadi tidak terlalu kusut. Proses selanjutnya, seperti mensetrika dan melipat juga jadi lebih mudah.
2. Pakaian yang sudah kering, jangan diuwel-uwel
3. Pisahkan cucian sesuai kategori
4. Lipat rapi selain pakaian kerja
Oya, jangan lupa sebelum melipat, haluskan dulu permukaan kain dengan tangan kita. Cara seperti ini akan membuat kain tidak terlalu kusut saat nanti akan dipakai.
5. Setrika baju kerja
Selain baju kerja, pakaian yang biasa saya setrika adalah pakaian yang biasa kami gunakan untuk kondangan. Ini supaya kalau mau kondangan tinggal pakai saja dan nggak rempong setrika-setrika dulu.
6. Setrika kerudung ketika akan digunakan saja
7. Tata lemari dengan baik
Kunci dari menata lemari adalah memastikan bahwa lemari tidak terlalu penuh dengan pakaian. Lemari yang penuh sesak dengan pakaian tentu akan membuat pakaian sulit bernapas, sulit diambil, dan sudah pasti sulit untuk bertahan rapi dalam waktu lama.
Kalau kamu sudah merasa lemarimu terlalu penuh, ini adalah pertanda bahwa kamu harus mensortir ulang isi lemari. Pilah mana pakaian yang masih digunakan dan mana yang bisa disumbangkan atau bahkan dibuang. Tapi cara ini tidak akan efektif kalau kamu tidak dapat mengendalikan diri saat belanja pakaian. Sesering apapun kamu menyumbangkan pakaianmu, kalau kamu juga sering belanja, lemarimu tetap akan penuh juga.
Saya sudah mulai membatasi diri untuk belanja pakaian sejak saya membaca larangan untuk menimbun harta. Dari apa yang saya baca, harta ini adalah segala sesuatu yang kita punya, termasuk pakaian. Memang benar, menyumbangkannya bisa menjadi solusi. Tapi kalau terus menerus ditambahkan, ya sama aja bohong. Padahal, nanti semua yang kita miliki ini akan kita pertanggungjawabkan di akhirat kelak.
Nah, itu tadi 7 cara yang saya lakukan untuk berdamai dengan tumpukan cucian. Dengan cara ini, saya bisa meminimalisir stress ketika melihat tumpukan cucian yang menggunung. Baik yang sudah dicuci maupun yang belum. Kamu juga bisa menggunakan cara ini kalau kamu seperti saya, suka parno dengan cucian. Selamat mencoba.