-->

Selasa, 26 Februari 2019

7 Tips Jitu Berdamai dengan Tumpukan Cucian



Sebelum menikah, saya termasuk orang yang jarang sekali berurusan dengan cucian. Kalau di rumah, ada adik saya yang biasa mencuci dan mensetrika baju orang rumah. Dulu, waktu masih di kos juga dicuci oleh orang lain. Saya biasa melaundry-kan baju-baju saya. Atau pilih tempat kost yang menyediakan jasa mencuci sekaligus. Saya lebih rela merogoh kocek lebih dalam dibanding harus berkutat dengan cucian.

Setelah menikah semuanya berubah. Mau laundry baju pikir-pikir seribu kali. Kalau dulu saya hanya menghabiskan uang 30 ribu rupiah saja untuk laundry, sekarang bisa 100 ribu lebih untuk pakaian seminggu 2 orang. Ini masih 2 orang, belum nambah lagi. Berapa duit yang keluar?



Baju yang dilaundry juga kita sama-sama tahu lah ya. Biasanya beberapa baju masih harus saya setrika lagi. Itu belum resiko baju hilang dan kelunturan. Sudahlah ongkosnya mahal. Resikonya lumayan pula.

�Udah, cuci baju sendiri aja,� begitu yang suami saya bilang.

Baiklah, kalau paduka berkata demikian. Apa yang bisa saya lakukan?

Suami saya adalah orang yang mudah berkeringat dan suka risih pakai baju yang sudah kena keringat. Jadi, kalau sudah merasa tidak nyaman, dia akan ganti baju. Sehari bisa 2-3 kali. Baju-baju saya juga tidak kalah banyak. Kalau keluar rumah, saya biasa menggunakan gamis sebagai luaran dan pakaian rumah sebagai dalaman. Tujuannya supaya tidak njiplak badan kalau terkena angin. Dari sini saja, sudah nampak alasan kenapa kalau laundry bisa mengeluarkan uang lebih dari 100 ribu rupiah.

Saya dan suami biasa mencuci 2-3 kali dengan mesin cuci kami yang berkapasitas 7 kg. Itu untuk cucian seminggu. Hal yang mengerikan itu sebetulnya bukan di proses mencucinya. Kalau mencuci saja sih mudah. Ada mesin cuci yang tinggal pencet terus mencuci sendiri dan mengeringkan baju sendiri. Tapi proses sesudahnya itu yang melelahkan. Setrika.



Ini momok untuk beberapa ibu-ibu di luar sana. Kalau sudah melihat tumpukan cucian itu pasti sulit untuk membayangkan bagaimana mensetrika semua itu. terbayang sudah panasnya, lelahnya, belum lagi kalau pakaian kusut lagi setelah masuk ke lemari. Hhhh� membayangkan proses itu saja sudah bikin maju mundur cantik.

Etapi, saya punya cara untuk berdamai dengan tumpukan cucian itu. Meminimalir rasa lelah, tapi baju masih bisa tetap rapi.

1. Kebaskan pakaian sebelum menjemur



Pakaian yang keluar dari mesin cuci biasanya akan kusut karena proses mencuci. Apalagi setelah dikeringkan, pasti jadi semakin kusut. Meskipun demikian, secanggih apapun mesin cuci yang kita miliki di rumah, tidak akan membuat baju langsung kering seperti setelah dijemur dengan panas matahari.

Ini keuntungan yang bisa kita gunakan. Mengebaskan pakaian yang belum sepenuhnya kering ini, bisa membantu pakaian jadi tidak terlalu kusut. Proses selanjutnya, seperti mensetrika dan melipat juga jadi lebih mudah.

2. Pakaian yang sudah kering, jangan diuwel-uwel



Setelah kering, kita harus tetap memastikan pakaian tidak kusut kembali. Caranya bagaimana? Ya jangan diuwel-uwel (ini Bahasa Indonesianya apa ya?). Kalau saya, untuk pakaian yang dijemur tanpa hanger, biasanya langsung saya lipat sederhana ketika mengambil dari jemuran. Untuk pakaian yang saya jemur dengan hanger, saya angkat bersama dengan hanger. Saya baru akan melepas hanger ketika saya sudah siap untuk mensetrika atau melipatnya dengan lebih rapi.

3. Pisahkan cucian sesuai kategori



Sebelum mensetrika, biasanya saya akan memisahkan pakaian kerja, pakaian rumah, pakaian dalam, dan kain-kain seperti handuk, kerudung, seprei, dan lain-lain. Proses ini akan membantu saya untuk memudahkan proses merapikan pakaian setelah ini.

4. Lipat rapi selain pakaian kerja



Pakaian yang sudah dipisahkan, tentu akan lebih mudah untuk memulai mana dulu yang harus dilipat. Saya biasanya memilih jenis yang paling mudah dilipat terlebih dahulu. Misal, handuk, seprei, selimut, dan semacamnya. Setelah itu, saya baru melipat baju-baju rumah. Saya mulai dengan kaos santai atau daster dulu, celana-celana pendek dan panjang kemudian. Kalau baju rumah selesai, barulah saya melipat kerudung-kerudung saya. Hasil akhir dari kerudung ini biasanya saya lipat agar mudah untuk digulung.

Oya, jangan lupa sebelum melipat, haluskan dulu permukaan kain dengan tangan kita. Cara seperti ini akan membuat kain tidak terlalu kusut saat nanti akan dipakai.

5. Setrika baju kerja



Ini adalah baju yang wajib di setrika. Saya nggak mau suami saya terlihat kucel karena bajunya yang kusut. Orang lain yang melihat juga akan memandang gimana gitu kalau baju kerjanya kusut. Jadi, hanya baju-baju kerja saja sih yang saya setrika. Kalau lagi super malas, minimal baju kerja untuk seminggu sudah siap pakai. Hehehe�

Selain baju kerja, pakaian yang biasa saya setrika adalah pakaian yang biasa kami gunakan untuk kondangan. Ini supaya kalau mau kondangan tinggal pakai saja dan nggak rempong setrika-setrika dulu.

6. Setrika kerudung ketika akan digunakan saja



Saya jarang menyeterika kerudung meski saya tahu kalau dilipat saja tidak akan membuat kerudung jadi mendadak rapi. Biasanya, saya akan menyetrika sebelum saya menggunakan kerudung itu. Ini tentu tergantung dari jenis kerudung apa yang digunakan. Kerudung dengan bahan spandek dan kaos ini yang paling saya suka. Alasannya sederhana, tidak perlu disetrika saja sudah rapi.

7. Tata lemari dengan baik



Bagian terakhir ini adalah bagian yang paling penting. Usaha kita di atas akan sia-sia kalau kita tidak menata lemari dengan baik. Oleh karena itu, pastikan semua pakaian ditata rapi di dalam lemari. Untuk pakaian kerja, jaket, dan gamis, saya biasa menggantungnya. Cara ini selain menjaga agar kain tidak kusut lagi, juga kami lakukan untuk menghemat lemari. Sisanya bisa ditata seperti biasa. Ditumpuk atau ditata ala orang Jepang. Silakan.

Kunci dari menata lemari adalah memastikan bahwa lemari tidak terlalu penuh dengan pakaian. Lemari yang penuh sesak dengan pakaian tentu akan membuat pakaian sulit bernapas, sulit diambil, dan sudah pasti sulit untuk bertahan rapi dalam waktu lama.

Kalau kamu sudah merasa lemarimu terlalu penuh, ini adalah pertanda bahwa kamu harus mensortir ulang isi lemari. Pilah mana pakaian yang masih digunakan dan mana yang bisa disumbangkan atau bahkan dibuang. Tapi cara ini tidak akan efektif kalau kamu tidak dapat mengendalikan diri saat belanja pakaian. Sesering apapun kamu menyumbangkan pakaianmu, kalau kamu juga sering belanja, lemarimu tetap akan penuh juga.

Saya sudah mulai membatasi diri untuk belanja pakaian sejak saya membaca larangan untuk menimbun harta. Dari apa yang saya baca, harta ini adalah segala sesuatu yang kita punya, termasuk pakaian. Memang benar, menyumbangkannya bisa menjadi solusi. Tapi kalau terus menerus ditambahkan, ya sama aja bohong. Padahal, nanti semua yang kita miliki ini akan kita pertanggungjawabkan di akhirat kelak.

Nah, itu tadi 7 cara yang saya lakukan untuk berdamai dengan tumpukan cucian. Dengan cara ini, saya bisa meminimalisir stress ketika melihat tumpukan cucian yang menggunung. Baik yang sudah dicuci maupun yang belum. Kamu juga bisa menggunakan cara ini kalau kamu seperti saya, suka parno dengan cucian. Selamat mencoba.